EXSTREME

EXSTREME

Jumat, 25 Oktober 2013

Anomali Psikologi Manusia

Teknologi mendangkalkan cara berpikir kita itu benar. Secara spesifik mungkin termasuk juga kemudahan informasi yang kita terima dimana-mana. Menyempitkan pikiran untuk menilai orang lain atau suatu kejadian. Memandang segala sesuatu hanya dari “bungkus” yang tampak dan menutup mata pada kenyataan-kenyataan yang lain. Imagologi tingkat kronis.

Bagi yang lahir di tahun 80an atau 90an awal pasti mengerti betapa indahnya bergerak kesana kesini untuk mencari teman bermain. Yang aktif, yang ramah, itulah yang banyak teman. Sekarang? Bisalah kita nilai sendiri kelakuan bocah-bocah hingga seumuran mahasiswa yang sukanya stalker Facebook untuk menilai orang lain. Siapa bilang itu kemudahan? Siapapun bisa menjadi apapun, tapi yang tau siapa kita sebenarnya hanya Tuhan dan paparan kenyataan. Berhentilah menilai orang lain dan membicarakan orang lain dibelakang hanya dengan mengetahui setengah-setengah tentang orang tersebut. Siapa Anda? Tuhan? Sampai bisa berani menilai dan menggosip. Ingin tau segalanya, ingin ikut campur untuk mencari bahan gosip ke orang yang lain lagi. Tapi intinya sih, tak usahlah menilai-nilai orang lain, bertemanlah dengan siapapun selagi kau masih bisa berteman. Peduli apa orang itu memberi untung atau malah merugikanmu, berbuat baiklah saja, maka hidupmu akan lebih tentram.

Kembali ke anak-anak yang lahir 90an. Kita selalu bisa bermain dengan siapapun tanpa peduli siapa orang tersebut. Bergerak kesana kemari, membangun ikatan manusia yang sesungguhnya. Tanpa perhitungan untung rugi. Sekarang? Bisa jadi manusia merasa berada dalam keramaian karena jejaring sosial, padahal disekitarnya tak ada siapapun yang menemani. Bisa jadi pula merasa kebingungan dalam keramaian karena tidak memegang gadget.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar